Kabar Terbaru

Siaran Pers AFTECH x Marsh McLennan Indonesia (CTO/CIO Community Gathering 2024)

Thursday, November 21, 2024
cover event

Keamanan Siber Menjadi Prioritas Utama, Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Bersama Marsh McLennan Indonesia Perkuat Kolaborasi Untuk Meningkatkan Kesadaran Pengelolaan Risiko Siber Dalam Industri Fintech

 

Jakarta, 3 Juni 2024 - Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) bersama Marsh McLennan Indonesia menyelenggarakan kegiatan offline CTO/CIO Community Gathering 2024 dengan topik “Crucial Cyber Security Solution for Fintech Players” pada Senin, 29 April 2024 yang lalu, bertempat di South Gallery, Hotel Alila SCBD Jakarta. Kegiatan ini menjadi salah satu agenda rutin yang diadakan oleh AFTECH untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman terkait solusi keamanan siber di antara pemain fintech, serta untuk mengidentifikasi strategi keamanan siber yang efektif, memperkuat kolaborasi antar perusahaan fintech, regulator, dan penyedia solusi keamanan, serta meningkatkan kesadaran dan kompetensi keamanan siber di kalangan pelaku industri.

 

Dalam Sambutan Pembuka, Ketua Dewan Pengawas AFTECH, Rudiantara, menyampaikan, “Di era pertumbuhan digital yang pesat, keamanan siber sudah menjadi kebutuhan yang mendesak karena sekitar 40% dari total nilai transaksi ekonomi digital di ASEAN pada tahun 2023 berasal dari Indonesia. Secara nominal, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai USD82 miliar, tumbuh 8% dari tahun sebelumnya dan diproyeksikan akan terus meningkat, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar digital dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Melihat kondisi tersebut AFTECH ingin menggarisbawahi bawah pentingnya melindungi data dan sistem kita dari serangan siber.”

Pada kesempatan yang sama, Presiden Komisaris Marsh Indonesia, Ignasius Jonan menekankan pentingnya perlindungan data pengguna dan keamanan melakukan transaksi. Jonan mengatakan, “Keamanan dalam melakukan transaksi atau menggunakan layanan yang diberikan oleh perusahaan fintech harus menjadi prioritas, dan perusahaan juga harus memberikan rasa aman kepada para pengguna. Perlindungan data customer harus menjadi prioritas perusahaan fintech, dan selain itu perusahaan juga harus menjelaskan dan memberikan jaminan kepada customer bahwa transaksi yang dilakukan aman 100%.”

 

Berkaitan dengan hal tersebut, Chief Executive Officer Marsh McLennan Indonesia dan Presiden Direktur Marsh Indonesia, Douglas Ure, mengatakan, “industri fintech adalah industri yang dinamis dan berkembang pesat, yang berarti juga memiliki tingkat paparan risiko siber yang tinggi. Dalam hal ini, perusahaan menghadapi kesulitan untuk mengikuti perkembangan tersebut, karena sistem manajemen risiko, kontrol, dan keamanan yang tersedia tidak berkembang dengan cepat. Berdasarkan data dari DAKA Advisori, diperkirakan kerugian finansial akibat kejahatan siber di Indonesia mencapai USD 895 miliar, sementara secara global diperkirakan mencapai USD 71,620 triliun. Angka-angka ini menunjukkan adanya kerugian yang signifikan akibat kejahatan siber."

 

Keamanan siber menjadi prioritas utama dalam industri fintech, mengingat volume transaksi digital yang terus meningkat dan kerentanan terhadap serangan siber, sehingga diperlukan adanya inisiatif global dan domestik untuk mengatasi masalah serangan siber. Dalam hal initercermin dari penguatan kerangka kerja keamanan siber melalui General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa serta Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) di Indonesia.

 

Kegiatan CTO/CIO Community Gathering juga diisi dengan diskusi panel yang dipandu oleh Direktur Eksekutif AFTECH, Aries Setiadi, dan menghadirkan pakar di bidang regulasi dan pemain industri fintech. Sesi panel membahas implementasi regulasi serta memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman terkait solusi keamanan siber di antara pemain fintech yang menjadi peserta acara.

 

Ketua Tim Ekosistem Startups Digital, Direktorat Digital Ekonomi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Sonny Hendra Sudaryana S.T, M.MT menyatakan “Digital ekonomi dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh beberapa faktor yang krusial yaitu infrastruktur yang baik untuk melayani 211 juta orang pengguna internet di Indonesia serta penyiapan kapitalisasi sumber daya manusia melalui program literasi keuangan yang fokus kepada digital safety, digital ethic, dan digital skills guna meningkatkan digital talent yang handal”. Senada dengan pesan tersebut, Ketua Tim Pengukuran Tingkat Kematangan Keamanan Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Aldi Rija Pramada turut menyampaikan bahwa “literasi keuangan sangat diperlukan terutama sektor keamanan siber, hal ini mengacu kepada telah terbitnya UU ITE maupun UU PDP guna memperkuat perlindungan terhadap konsumen sektor jasa keuangan digital dalam meningkatkan keamanan siber”.

 

Dari sudut pandang industri, upaya yang dilakukan oleh tiap pemain industri fintech mencerminkan bahwa perlu adanya penguatan terhadap risk management pada tata kelola digital. Hal ini diperkuat pernyataan oleh Chief Technology Officer, LinkAja, Andri Qiantori bahwa “Industri fintech memiliki tantangan yang sangat besar dari segi keamanan digital guna menjaga digital trust dari pengguna, untuk itu teknologi yang digunakan oleh setiap pemain industri diharapkan memiliki kemampuan untuk membaca dari potensi cyber attack sehingga dapat menimalisir kemungkinan terburuk yang akan terjadi”.

 

Pada kesempatan yang sama, Marsh sebagai salah satu pemain industri, melihat bahwa kemanan dan ketahanan siber merupakan hal yang utama. Cyber Specialty Leader Marsh Asia, Sean Letz, menekankan pentingnya bagi perusahaan untuk membangun ketahanan siber dan siap secara finansial dalam menghadapi serangan siber agar dapat bertahan dan meminimalkan dampak terhadap reputasi perusahaan. Sean mengatakan, “Marsh sebagai penasihat risiko yang ahli dalam bidang siber, tidak hanya membantu terkait keamanan siber, tetapi juga membantu perusahaan dalam membangun cyber resillience atau ketahanan siber. Dalam membangun ketahanan siber, kami tidak hanya fokus pada kontrol keamanan yang kuat, tetapi juga membantu perusahaan memahami instrumen investasi yang diperlukan untuk meningkatkan keamanan perusahaan, cara merespon serangan siber, dan mempersiapkan diri menghadapi peristiwa serangan siber. ”

 

“Selain itu, perusahaan juga harus siap secara finansial untuk menghadapi peristiwa tersebut, sehingga dapat meminimalkan dampak terhadap reputasi perusahaan dengan memiliki sistem keamanan dan kontrol keuangan yang tepat. Setiap perusahaan rentan terhadap serangan siber, maka penting bagi perusahaan untuk mempersiapkan diri dan menjadi tangguh agar dapat bertahan saat terjadi serangan,” tambah Sean.

 

Kolaborasi yang dilakukan antara AFTECH dan Marsh McLennan Indonesia diharapkan mampu memberikan pandangan yang komprehensif dalam pengembangan kerangka kerja keamanan siber yang adaptif, serta inisiatif pelatihan untuk mengatasi kesenjangan kompetensi dan meningkatkan kesadaran terhadap risiko siber di industri fintech, sehingga menciptakan ekosistem fintech yang lebih aman dan tangguh terhadap ancaman siber.

* * *

Narahubung:

Sekretariat AFTECH

 

Rizky Pratama PR & Communications Specialist 

Telp: 0811-1708-870

Email: rizky.pratama@fintech.id

Bagikan